Ketika khayalan kita bertemu , terasa debar memacu seluruh tubuh. Inikah resonansi cinta yang menggetarkan jiwa manakala frekuensi diantara kita telah sama ?
Semenjak impian itu, hari-hariku menjadi lebih bermakna. Cakrawala tampak indah. Embun lebih santun saat membangunkan dedaunan. Mentari lebih mesra kala mencium bunga-bunga. Bila senja memerah, akupun berlari ke pantai. Menikmati mentari yang tengah berendam di kedalaman samudera.
Di
pantai itu pulalah jiwa kita terpadu. Rindu telah mempertemukan
kerikilku dengan butir pasirmu hingga menyatu dalam kehangatan senja.
Desir angin yang mempermainkan ombak dan deburnya yang menyusur pantai
membuat debar di dada semakin bergejolak. Ingin ku ukir segala gelora
menjadi untaian syair yang terindah.
Namun semua hasrat hanya terhenyak dalam benak. Bibirku terlalu beku untuk bisa membuka dan memberi ruang lidah agar leluasa berdansa dengan kata-kata.
Biarlah,…
Biarlah ombak yang akan menuliskannya dalam jajaran karang. Lihatlah liuk-liuknya, menarikan aksara cinta di bait relungnya. Rasakanlah, cumbu sang bayu yang berbisik syahdu. Pejamkanlah mata, dan rasakanlah...
Siapa yang bertahta di hatimu...
jika Allah menghendaki resonansi itu selalu bergetar dalam frekuensi yang sama, biarkanlah semua impian-impian terealisasikan menjadi nyata
dengan ridhoMu ku harap dengan sangat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar